Dari beberapa literatur ada beberapa penyebab dan faktor resiko yang
bisa memperbesar kemungkinan terjadinya benjolan pada organ indung
telur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu tumor ovarium, yaitu :
1. Paritas(frekuensi Melahirkan)
Penelitian menunjukan bahwa wanita yang sering melahirkan memiliki
risiko terjadinya tumor ovarium yang lebih rendah daripada wanita yang
hanya sekali melahirkan , Pada wanita yang mengalami 4 atau lebih
kehamilan aterm, risiko terjadinya keganasan ovarium berkurang sebesar
40% jika dibandingkan dengan wanita yang belum pernah melahirkan
2. Pil Kontrasepsi
Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan risiko
terjadinya keganasan epitel ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54
tahun yang memakai pil kontrasepsi,
Penelitian lain melaporkan juga bahwa pemakaian pil kontrasepsi selama 1
tahun menurunkan risiko sampai 11%, sedangkan pemakaian pil kontrasepsi
selama 5 tahun menurunkan risiko sampai 50%. Penurunan risiko semakin
nyata dengan semakin lama pemakaiannya.
3. Talk(bedak)
Pemakaian talk (hydrous magnesium silicate) pada daerah perineum dilaporkan meningkatkan risiko terjadinya tumor ovarium
4. Ligasi Tuba(KB Steril pada wanita)
Pengikatan tuba ternyata menurunkan risiko terjadinya tumor ovarium .
Mekanisme terjadinya efek protektif ini diduga dengan terputusnya akses
zat karsinogen lainnya dengan ovarium.
5. Terapi Hormon Pengganti pada Masa Menopause
Pemakaian terapi hormon pengganti pada menopause (Menoupausal Hormon
Therapy/ MHT) dengan estrogen saja selama 10 tahun meningkatkan risiko .
Sementara itu, jika masa pemakaian MHT selama 20 tahun atau lebih, risiko relatif meningkat menjadi 3,2.
Pemakaian MHT dengan estrogen yang kemudian diikuti dengan pemberian progestin, ternyata menunjukkan meningkatnya risiko.
Oleh karena itu, MHT, khususnya dengan estrogen saja, secara nyata
meningkatkan risiko relatif terkena keganasan epitel ovarium. Pemakaian
MHT dengan kombinasi estrogen dan progestin, meskipun lebih aman dari
MHT dengan estrogen saja, untuk jangka panjang tidak dianjurkan lagi
sebagai salah satu terapi suportif bagi wanita yang telah menopause.
6. Obat- Obat yang Meningkatkan Kesuburan (fertility drugs)
Obat- obat yang meningkatkan fertilitas seperti klomifen sitrat, yang
diberikan secara oral dan obat-obat gonadotropin yang diberikan dengan
suntikan seperti Follicel stimulazing hormone (FSH), kombinasi FSH
dengan Luteinizing hormone (LH), akan menginduksi terjadinya ovulasi
atau multipel ovulasi.(8)
7. Faktor herediter
Kejadian neoplama ovarium ini juga dipengaruhi oleh faktor herediter
yaitu jika didapati Riwayat keluarga dengan kanker ovarium .
Berdasarkan derajat keganasannya maka tumor epitel ovarium dibagi menjadi jenis
1. Jenis jinak (Benign Tumors)
Tumor epitel ovarium jenis jinak kebanyakan berupa jenis musinosum dan
serosum, kebanyakan mereka terdapat pada wanita dengan rentang umur 20 –
60 tahun.
Ukurannya dapat besar mencapai 15 cm atau bahkan terkadang mencapai 30 cm, hal ini terutama pada jenis musinosum.
Tumor jinak epitel ovarium bentuknya murni kistik sehingga sesuai namanya. Misalnya cystadenoma serosa atau musinosum.
Jenis ini mempunyai prognosa yang baik.
2. Jenis Perbatasan/Borderline (Borderline tumors)
prognosis tumor boderline ini jauh lebih baik daripada tumol epitel
ovarium / EOC (malignancy) sehingga dikenal juga sebagai LMP (low
malignant potential).
Frekuensi tumor ini berkisar 10 sampai 20 % dari seluruh tumor ovarium.
Secara histopatologi gambaran jenis borderline ini terletak diantara
jenis benign dan malignant, Keganasan tumor ini rendah dan berlangsung
lambat bahkan di beberapa penelitian setelah 20 tahun hanya 25 % dari
penderita jenis ini yang meninggal.
Angka bertahan hidup 5 tahunnya mencapai 80 %.
3. Jenis Ganas (Malignant Tumor)
Jenis ini biasanya hadir dengan gambaran padat serta adanya daerah
nekrosis dan hemorhagi. Pada saat ukuran tumor telah mencapai 10-15 cm
tumor ini telah menyebar keluar dari ovarium dan telah mencapai
peritoneum. Sifatnya sangat destruktif dan invasif
Diagnosa dan Penatalaksanaan Tumor Ovarium
Tanda paling penting untuk suatu tumor ovarium adalah ditemukannya massa tumor di pelvik.(Benjolan pada daerah panggul)
USG adalah cara pemeriksaan non invasif yang paling murah.
Dengan USG dapat secara tegas membedakan tumor kistik dengan tumor yang padat.
Pada tumor dengan bagian padat (echogenik) maka persentase keganasan
makin meningkat. Sebaliknya, pada tumor kistik tanpa ekointernal
(anechogenic) kemungkinan keganasan menurun.
Pemakaian USG transvaginal (transvaginal color flow doppler) dapat
meningkatkan ketajaman diagnosis karena mampu menjabarkan morfologi
tumor dengan baik.
Pemakaian USG transvaginal color doppler dapat membedakan tumor
ovarium jinak dengan ganas. Modalitas ini berdasarkan kepada analisis
gelombang suara doppler (resistence index atau RI) dari
pembuluh-pembuluh darah pada tumor yang menunjukan peningkatan arus
darah diastolik dan perbedaan kecepatan arus darah sistolik dan
diastolik.
Pemeriksaan tumor marker yang sering dilakukan adalah pemeriksaan
CA-125. CA-125 adalah antigen yang dihasilkan oleh epitel coelom dan
epitel amnion. Pada orang dewasa CA-125 dihasilkan oleh epitel coelom
(sel mesotelial pleura, perikardium, peritoneum) dan epitel saluran
muller (tuba, endometrium, dan endoserviks). Permukaan epitel ovarium
fetus dan dewasa tidak menghasilkan CA-125, kecuali kista inklusi,
permukaan epitel ovarium yang mengalami metaplasia dan yang mengalami
pertumbuhan papiler.
Kadar paling tinggi CA-125 yang disepakati adalah 35 U/ml. Untuk
penderita yang telah mengalami menopause atau histerektomi, kadar
normalnya lebih rendah, yaitu 20 U/ml dan 26 U/ml. Pada 83 % tumor
ovarium jenis malignant, kadar CA-125 adalah ≥ 35 U/ml.
Tata laksana
Untuk kista ovarium
Dua prinsip penting dalam manajemen kista ovarium:
1. Sikap wait and see.
Oleh karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan menyusut
dengan sendirinya dalam 2-3 bulan. Semakin dini deteksinya, semakin
mudah pengobatannya. Tentu, tiap wanita selalu berharap agar indung
telurnya tetap utuh, tidak rusak alias dapat dipertahankan, jika tim
dokter mengambil keputusan untuk mengangkat kista. Kemungkinan ini
menjadi ada, jika kista ditemukan dalam stadium dini. Alternatif terapi
dapat berupa pemberian pil KB dengan maksud menekan proses ovulasi.
Dengan sendirinya kista pun tak akan tumbuh.
2. Pilihan berikut ialah terapi bedah. Indikasi bedah ialah kista
yang tidak menghilang dalam beberapa kali siklus menstruasi atau kista
yang memiliki ukuran demikian besar; kista yang ditemukan pada perempuan
menopause; atau kista yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa
lebih-lebih jika sampai timbul perdarahan.
Tindakan bedah dapat sangat terbatas berupa pengangkatan kista dengan
tetap mempertahankan indung telur. Ia pun menyimpan kemungkinan lebih
ekstensif, mulai dari pengangkatan seluruh indung telur atau lebih luas
lagi merembet ke pengambilan seluruh rahim.
Untuk Benjolan/Tumor Ovarium yang lain:
Kista pada kehamilan
Bagaimana kista harus ditangani tentunya bergantung pada kasus yang terjadi..
operasi pengangkatan kista saat hamil tidak akan mengganggu janin.
Orang awam memang sering keliru membedakan antara rahim dan indung telur. Padahal ini jelas berbeda.
Rahim merupakan tempat tinggal janin sedangkan indung telur tempat
bersarangnya kista. Berarti janin dan kista memiliki 'rumah' yang
berbeda. Tidak perlu khawatir keguguran. Tindakan operasi pengangkatan
kista, akan menyelamatkan janin karena bisa menghindari terjadinya
komplikasi selama hamil. Penanganan kista umumnya memang harus dengan
operasi demi kebaikan ibu dan janin.
Jika kista ditemui pada kehamilan, disarankan untuk dilakukan dioperasi.
Waktu yang tepat untuk mengoperasi adalah kala usia kehamilan 4-5
bulan. Karena pada usia kehamilan tersebut, plasenta sudah terbentuk
sehingga kemungkinan terjadi keguguran lebih kecil.
Mengapa operasi ini disarankan? Karena tak diketahui apakah kista
tersebut ganas atau tidak. Seandainya kista tersebut ganas, akan sangat
membahayakan bila pecah dan terkena pembuluh darah besar. Tentunya akan
terjadi perdarahan. Bila tak dioperasi, dikhawatirkan kista tersebut
akan mengganggu posisi bayi. Letak bayi bisa sungsang dan ini pun
mengakibatkan harus dioperasi. Juga bisa mengganggu proses persalinan,
yaitu kepala bayi tak turun-turun. Jadi, supaya persalinan berjalan
lancar, sebaiknya kista dioperasi pada usia kehamilan 4-5 bulan.
Alasan kedua, karena kista itu bertangkai, memungkinkan untuk
terpuntir. Jika itu terjadi, maka akan menimbulkan rasa sakit luar
biasa, sehingga harus dioperasi mendadak. Namun dengan adanya kemajuan
teknologi, seperti USG, tumormarker, kemungkinan tersebut dapat
dideteksi secara berkala. Namun demikian, operasi bisa saja ditunda
hingga persalinan. Terutama kalau kista itu bukan kanker, tidak
membesar, dan tak ada tanda terpuntir. Ada juga dokter yang tak
melakukan tindakan operasi kista kala tengah hamil. Dengan anggapan,
bisa saja suatu saat persalinan macet sehingga harus dicaesar. Jadi,
agar tidak harus dua kali melakukan operasi, maka pengambilan kista
dilakukan sekalian saat persalinan.
0 komentar:
Posting Komentar