Definisi :
Yaitu
Susunan mirip endometrium, yang menampilkan perubahan klinis seperti
endometrium normal kavum uteri, yang dapat tumbuh di hampir semua bagian
tubuh.
Gejala :
Dismenorea setelah beberapa tahun tanpa nyeri menstruasi.
Nyeri (bukan tergantung pada luas tidaknya endometriosis, tapi tergantung pada organ yang terlibat). Nyeri hebat berhubungan dengan endometriosis yang infiltrating.
Gejala tergantung pada organ yang terlibat : obstipasi atau nyeri pinggang.
Pemeriksaan
Uterus biasanya fixed dan retroversi.
Ovarium pada umumnya membesar.
Terdapat nodul nodul pada lig uterosakralais dan CD pada 1/3 kasus.
Konfirmasi dengan laparoskopi (endometriosis ringan dapat diobati dengan kontarasepsi oral dosis rendah)
Kista coklat merupakan rongga yang berisi darah pada endometrioma.
Bentuk endometriosis bermacam macam : lesi merah, hitam, biru atau putih tanpa pigmentasi.
Diagnosis
Hendaknya Mengarah pada Diagnosa Endometriosis : pada wanita dengan keluhan infertilitas, terutama bila disertai dengan (Nyeri Haid) dismenorea dan Nyeri saat Berhubungan Seks (dispareuni)
Etiologi :
Endometriosis
peritoneal berasal dari endometrium ovarium. Disebabkan oleh adanya
aliran retrograde jar endometrium melalui tuba fallopii menuju cavum
abdominal. Hal ini didukung oleh adanya :
1. Dengan laparaskopi nampak adanya aliran darah menstruasi melalui fimbria.
2. Endometrium
banyak ditemukan di tempat tempat tertentu pelvis (tersering pada
ovarium, CD anterior dan posterior dan lig utero sakralis).
3. Jar endometrium dapat tumbuh dalam kultur jaringan dan juga setelah penyuntikan pada kulit abdominal.
4. Endometriosis dapat tumbuh saat serviks kera ditransposi sehingga darah menstruasi masuk ke cav peritoneal.
5. Insiden endometriosis lebih tinggi pada wanita yang aliran menstruasinya mengalami hambatan.
6. Resiko
endometriosis meningkat pada wanita dengan siklus yang pendek tapi
periode haid panjang, sehingga kesempatan implantasi endometrial ektopik
lebih besar.
Adanya endometriosis yang jauh dari pelvis disebabkan oleh :
1. Transport
fragmen endometrial melalui pembuluh darah dan limfe, sehingga
endometriosis dapat terjadi pada hampir seluruh organ tubuh. (mis :
endometriosis paru, bisa memberi gejala pneumotoraks, hemato toraks dan
hemoptisis saat mens).
2. Beberapa tahun setelah operasi uterus dan ovarium disebabkan oleh :
Terjadi transplantasi selama proses pembedahan.
Aktivasi dari penyakit residual.
Transformasi metaplasi jaringan lain.
Aktivasi jaringan sisa embrionik.
Teori
lain penyebab endometriosis : transformasi epitel coeloemik menjadi
jaringan bertipe endometrium oleh adanya rangsangan yang tidak spesifik.
Hal ini didukung oleh :
1. Endometriosis terjadi pada usia remaja hanya beberapa tahun setelah menstruasi.
2. Endometriosis juga terjadi pada usia prepubertal.
3. Endometriosis juga terjadi pada wanita yang belum pernah menstruasi.
4. Kadang endometriosis terdapat pada ibu jari, lutut (sesuai dengan embriogenesisnya)
5. Walaupun biasanya berhubungan dengan kadar estrogen yang tinggi, kadang endometriosis juga terjadi pada laki-laki.
Karena
tidak semua refluks aliran menstruasi menjadi endometriosis, diduga
endometriosis juga dipengaruhi oleh faktor imunologik dan genetik.
Fakta : wanita dengan endometriosis didapatkan :
a. Menurunnya imunitas seluler terhadap jar endoometrium.
b. Menurunnya bebrbagai respon imun.
Prevalensi
3 – 10 % populasi umum wanita usia reproduktif.
25 – 35 % pada wanita infertil (terutama infertilitas sekunder)
Endometriosis dan Infertilitas.
Bila
endometriosis mengenai ovarium dan menimbulkan perlekatan maka akan
mempengaruhi motolitas tuba dan pengambilan telur maka akn timbul
infertilitas. Namun endometriosis yang minimal pada cav peritoneal juga
dapat menyebabkan infertilitas, mekanisme :
a. Oleh adanya dispareuni sekunder.
b. Kadar
prostaglandin (prostanoid) pada endometriosis meningkat (prostaglandin
mempengaruhi motilitas tuba, folikulogenesis dan fungsi korpus luteum).
c. Aktivitas
makrofag peritoneal meningkat pada endometriosis, sehingga fagositosis
terhadap sperma meningkat (interleukin-1 toksis untuk embrio) juga
menimbulkan reaksi inflamasi.
d. Adanya endometriosis mengganggu pertumbuhan folikel, menyebabkan disfungsi ovulasi dan gagalnya pertumbuhan embryo.
Terapi pembedahan endometriosis
Pembedahan dilakukan pada endometriosis yang mengadakan perlekatan atau > 2 Cm.
Suksesnya
pembedahan dalam mengatsi infertilitas tergantung dari keparahan
endometriosis. (60% pada derajat sedang dan 35 % pada derajat berat).
sampai sekarang belum ada bukti bahwa pembedahan pad endometriosis ringan akan memperbaiki fertilitas.
Angka
kejadian kehamilan tertinggi terjadi pada satu tahun pertama setelah
pembedahan konservatif, setelah lebih dari 2 tahun maka kemungkinan
hamil akan kecil.
Angka rekurensi
endometriosis setelah pembedahan biasanya < 20% namun bila hal ini
terjadi maka pembedahan kedua memiliki angka keberhasilan yang terbatas
untuk mengatasi infertilitas
Istilah
pembedahan konservatif : dengan mempertahankan fungsi reproduksi (saat
mengangkat endometrioma, sedapat mungkin ditinggalkan jaringan ovarium
yang normal). Dalam hal ini angka rekurensi tinggi ok progresif. Berbeda
halnya dengan pembedahan radikal (terdiri dari histerektomi dan BSO),
kadang ovarium yang tidak terganggu ditinggalkan. Hal ini dapat
menyebakan rekurensi namu kecil.
Terapi hormonal endometriosis
Terapi
hormonal baik untuk mengatasi dismenorea, dispareuni dan nyeri pelvik,
namun bukan untuk mengatasi infertilitas. Hormon estrogen memacu
pertumbuhan endometriosis, sehingga pada menopause endometriosis akan
mengalami regresi.
Terapi hormonal bertujuan untuk menghambat silklus stimulasi dan perdarahan, untuk itu diberikan :
1. Dietilstelbestrol (DES)
2. Preparat androgen (metiltestosteron)
3. Kontrasepsi oral kombinasi
Sumber : William Obstetri, Sarwono, dan Jurnal pada saat artikel ini diterbitkan,
mohon konfirmasi dengan Literatur terbaru dan Pendapat Dokter pada saat Pemeriksaan
0 komentar:
Posting Komentar