INILAH.COM, Jakarta - Para peneliti
berhasil menemukan cara mencari tahu kesehatan perempuan soal kanker
ovarium. Penyakit ini jarang menunjukkan gejala hingga seringkali
terlambat diobati.
“Metode
yang ‘mulai terlihat sangat menjanjikan’,” papar pemimpin studi
tersebut, Dr Karen Lu dari University of Texas MD Anderson Cancer
Center di Houston. Mereka akan hadir bulan depan di sebuah konferensi
American Society Onkologi Klinik.
Beberapa
yayasan telah membantu membiayai penelitian itu. Kolega Dr. Lu, Dr
Robert Bast membantu memberikan US$150 untuk tes darah yang digunakan
dalam penelitian ini dan mendapatkan royalti dari pembuatnya, Fujirebio
Diagnostics Inc.
Ahli lain
mengatakan hasil penelitian ini cukup menggembirakan. “Tidak terlalu
banyak perempuan dirujuk untuk operasi yang tidak perlu. Semua kanker
agresif yang terdeteksi pada tahap awal, kemudian dapat disembuhkan,”
kata Dr Laura Havrilesky, spesialis kanker wanita di Duke University.
Kanker
ovarium sangat mematikan karena hampir 80% kasus yang ditemukan pada
stadium lanjut. Sekitar 21.550 wanita didiagnosis dan 14.600 mati di AS
tahun lalu. Ketika ditemukan lebih awal, kelangsungan hidup selama
lima tahun adalah sebesar 94%, demikian The American Cancer Society.
Peneliti
telah menguji CA-125, suatu protein dalam darah berjumlah tinggi di
hampir semua orang namun tidak bagi wanita dengan kanker ovarium. Ini
karena berbagai alasan seperti fibroid rahim, kista tidak berbahaya dan
bahkan kanker jenis lain.
Studi
baru ini diuji sebagai langkah pertama melakukan screening pada 3.252
wanita, usia 50-74, yang tidak memiliki riwayat keluarga terkena kanker
payudara atau kanker ovarium.
Semua
menjalani tes awal dan dikelompokkan sebagai rendah, sedang atau
risiko tinggi berdasarkan tingkat CA-125 serta berapa banyak level
tersebut berubah dari waktu ke waktu.
Kelompok
risiko rendah mengulangi tes darah dalam setahun. Kelompok menengah
mendapat tes lain dalam tiga bulan. Mereka yang berisiko tinggi,
sekitar 1% dari wanita setiap tahun, dirujuk untuk USG dengan biaya
sekitar US$300, untuk mencari tanda-tanda kanker.
Selama
sembilan tahun penelitian, 85 perempuan dikirim untuk ujian, dan
delapan akhirnya menjalani operasi eksplorasi untuk melihat apakah
mereka menderita kanker. Tidak seperti bentuk lain dari kanker, dokter
tidak bisa melakukan biopsi untuk kanker ovarium tanpa operasi.
Lima
dari delapan wanita yang telah menjalani operasi ternyata memiliki
kanker yakni, tiga telah tumor agresif, dan dua menderita kanker yang
belum menjadi invasif. Tiga lainnya tumor jinak. Dua kanker non-invasif
luput dari pemeriksaan. "Kami hanya perlu melakukan tiga operasi untuk
mengambil satu kasus kanker invasif," kata Lu.
Studi terhadap 3.000 wanita Amerika ini memang belum cukup untuk membenarkan proses screening
penyakit kanker. Namun dokter mendorong tindakan ini karena mampu
memberikan kesimpulan lebih awal dibandingkan studi di Inggris yang akan
memberikan jawaban dalam beberapa tahun.
Lebih
penting, studi di AS ini menyarankan bahwa pendekatan ini dapat
menemukan tumor agresif tanpa harus meminta banyak perempuan sehat
melakukan tes lanjutan yang tidak penting. Hanya sedikit perempuan
membutuhkan operasi eksplorasi setelah screening. Bagi mereka yang melakukannya, sepertiga di antaranya miliki kanker invasif. [mdr]
0 komentar:
Posting Komentar